RADIASI nuklir yang mengancam keselamatan warga dan lingkungan di sekitar Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima pasca gempa bumi di Jepang, sungguh membuat masyarakat seluruh dunia berempati dan prihatin sekaligus resah karena kuatir terhadap kehadiran reaktor nuklir
Diberitakan bahwa setelah terjadi kebocoran reaktor maka level radiasi zat radioaktif di lokasi telah melebihi 400 mili Sievert per jam (=400.000 mikro Sievert), di mana angka tersebut merupakan empat kali lebih tinggi dari pada tingkat radiasi yang bisa diterima dan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
Beberapa kelompok aktivis lingkungan Prancis (sebagai produsen energi nuklir terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat) dan negara lainnya, menyerukan penghentian semua pembangkit listrik bertenaga nuklir di negaranya, karena menganggap bahwa tak ada jaminan akan keamanan nuklir.
Bahkan dari beberapa anggota parlemen AS menyatakan penghentian sementara pengembangan nuklir di negaranya sampai bisa menyerap apa yang telah terjadi di Jepang sebagai akibat gempa bumi dan tsunami. Namun harapan masyarakat dunia untuk pemanfaatan energi nuklir masih tetap ada. Pro dan kontra terhadap kehadiran energi nuklir sangat berkaitan dengan kegunaannya terhadap kehidupan diberbagai bidang (sumber tenaga listrik dan kesehatan) dan kenyataan akan bahaya mengerikan yang disebabkan oleh nuklir.
Ditinjau dari segi ekonomi, pemanfaatan energi nuklir tidak diragukan lagi, sebab bila dibandingkan dengan dengan penggunaan bahan bakar batubara, 1 atom Uranium dapat menghasilkan energi 10 juta kali lipat dari pembakaran 1 atom batubara. Atau 1 kg Uranium setara dengan 1000-3000 ton batubara, juga setara dengan 160 truk tanki minyak diesel yang berkapasitas 6500 liter. Jadi, energi nuklir sangat efisien untuk menggantikan sumber energi lain yang tak terbarukan.
Di sisi lain, tingkat bahayanya nuklir dapat kita bayangkan bila kita disuguhkan dengan berita-berita dari sumber-sumber media informasi mengenai dampak-dampak mengerikan yang terjadi akibat paparan radiasi nuklir. Kita mengenang peristiwa Nagasaki dan Hirosima. Tragedi di Chernobyl-Ukraina pada tahun 1986 karena kebocoran reaktor nuklir. Juga peristiwa yang sama pernah terjadi di India pada tahun 1982 yang dikenal dengan tragedy Bhopal.
Akibatnya ribuan orang meninggal dan muncul penyakit degenerasi pada orang tua dan cacat pada bayi, dan penyakit-penyakit lainnya seperti jantung dan TBC, serta tidak bisa di tempatinya area sekitar dalam waktu yang panjang. Jika ditelusuri mengapa terjadi bencana nuklir, terungkap bahwa selain karena kerusakan reaktor akibat bencana alam (gempa bumi), pencemaran radioaktif terjadi karena kesalahan prosedur operasi. Desain dan pengoperasian reaktor di Chernobyl jauh di bawah standar, yaitu tingkat pencapaian energi sebelum meledak jauh melampaui kapasitas normal.
Demikian juga yang terjadi di India disebabkan oleh kelalaian dan penyalahan operasi. Kenyataannya, resiko karena penyimpangan operasional pemanfaatan energi nuklir terhadap keselamatan manusia dan lingkungan sangat mengerikan. Namun pada operasional yang normal dan mengikuti prosedur yang benar, efek energi nuklir terhadap lingkungan hidup tergolong bersih. Bagaimana dengan limbah radioaktif sisa proses pemanfaatan energi nuklir? Dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi bahan bakar fosil, menghasilkan produk Nitrous Oxida (NOx), partikel-partikel dan abu, CO2, Methan (CH4), dan Sulfur Oxida (SOx), serta sampah berbahaya.
Efek selanjutnya dapat berupa peningkatan potensi terjadinya hujan asam dan emisi gas rumah kaca yang akan mempengaruhi iklim global. Sedangkan produk energi nuklir dalam hal ini produk reaksi fisi Uranium 235 adalah Plutonium dan Uranium 238. Kedua produk ini dapat didaur ulang menjadi sumber energi lagi. Selanjutnya limbah yang dihasilkan sebagai produk akhir harus dikelola, dan dalam beberapa hal lebih mudah dibanding penanganan limbah reaktor bahan bakar fosil. Pada dasarnya, prinsip pengelolaan limbah nuklir adalah mengawasi penyimpanan limbah radioaktif sampai masa aktif atau waktu paruhnya habis.
Jadi, pengemasan dan pemantauan merupakan kunci penting untuk penanganan limbah nuklir untuk menghindari kebocoran dan memastikan bahwa suhu ruangan, tekanan, dan kelembaban udara tetap stabil. Pengunaan tenaga nuklir sebagai sumber energi listrik memang merupakan pilihan untuk mengatasi krisis energi karena keterbatasan sumberdaya alam. Masih ada sumber lain sebagai pemasok energi seperti bahan bakar minyak, batubara, dan gas.
Namun selalu ada keterbatasan dalam hal pemanfaatannya, baik kuantitas maupun kesiapan sumberdaya manusia. Bahkan sumber energi listrik air yang termurah dan beresiko rendah terhadap lingkungan pun mulai mengalami masalah karena jumlah konsumen yang meningkat dan terjadi penurunan kuantitas air. Sebab sumber daya berbanding terbalik dengan jumlah penduduk. Maka, tenaga nuklir menjadi opsi sumber energi listrik walaupun terdapat penolakan akan kehadirannya. Sehingga sangat perlu bagi masyarakat umum untuk dapat belajar dan mendiskusikan tentang energi nuklir serta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, agar supaya kita semua siap dan paham bila saatnya tiba nanti, pilihan terhadap tenaga nuklir menjadi alternatif sumber energi listrik pengganti sumberdaya alam lain yang semakin menipis.
Sampai akhir 2005, tercatat jumlah reaktor nuklir di dunia sebanyak 442.352 reaktor, terbanyak tersebar di negara-negara maju. Indonesia sebagai salah satu dari lima negara berpenduduk terbanyak di dunia, merupakan yang paling lambat merespon pemanfaatn tenaga nuklir sebagai sumber energi. Ledakan yang terjadi pada reaktor nuklir PLTN Fukushima Jepang sungguh merupakan pembelajaran yang amat berharga, dimana pembuat keputusan harus sangat yakin akan kesiapan menghadirkan reaktor nuklir sebagai sumber energi, dan para ahli nanti harus benar-benar belajar tentang kriteria apalagi yang dibutuhkan oleh sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir sehingga dapat menjamin keamanan nuklir itu sendiri.
Walau disadari akan kekuatiran bahaya dan resiko penggunaan nuklir, namun nuklir dalam berbagai bentuk aplikasinya di berbagai bidang kehidupan, tetap akan menjadi harapan bagi kemakmuran di masa yang akan datang. Dari segi lingkungan, pilihan energi nuklir sebagai opsi yang bersih dan berkelanjutan, dengan catatan harus disiplin dan mengikuti prosedur operasi yang benar. Upaya minimisasi limbah nuklir sudah dimulai pada pemilihan desain reaktor nuklir, prosedur operasi reaktor, pemanfaatan kembali produk fisi, sampai pada upaya penyimpanan dan pemantauan limbah nuklir sesuai waktu paruhnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar